Belajar IKHLAS dari Akar Pohon

Marilah sejenak kita perhatikanlah dengan seksama sebatang pohon yang rindang daunnya dan berbuah lebat yang ada disekitar kita, di halaman depan, samping atau belakang rumah atau di sekitar lingkungan kantor dimana kita biasanya bekerja. Kita sependapat bahwa dari hasil pengamatan kita tersebut akan tampak suatu kondisi struktur pepohonan yang terdiri dari buah merupakan unsur yang sangat dominan dalam benak pikiran kita, karena memang buah merupakan hasil yang secara langsung dapat kita nikmati bagaimana rasanya yang enak dan menyegarkan, kemudian rindangnya dedaunan, baru kemudian kita melihat ranting, dahan dan pohon yang kokoh, sedangkan akar yang merupakan struktur tanaman yang menempati posisi paling penting, strategis dan utama sama sekali luput dari pengamatan kita, padahal seluruh bagian pepohonan menggantungkan keberlangsungan hidupnya pada akar, batang, dahan, ranting, daun, bunga terlebih lagi buah sangat tergantung kelangsungan hidupnya pada akar.

Kembali jika kita mau memperhatikan bagaimana proses lahirnya suatu tanaman sebatang pohon yang bermula dari sebuah biji, sebelum membentuk bagian yang lain, yang pertamakali terbentuk adalah akar, karena dengan akarlah seluruh makanan dan nutrisi yang dibutuhkan sebatang pohon untuk hidup harus dipenuhi, tapi saying akan tidak tampak, tidak kelihatan dan amat jarang menjadi perhatian kita mana kala memandang sebatang pohon yang rindang, ranum dengan buahnya yang segar. Padahal dalam proses pertumbuhan sebatang pohon hingga menghasilkan putik bungan dan buah, posisi dan peranan akar adalah ujung tombaknya.

Saripati tanah yang mengandung berbagai unsure nutrisi sebagai makanan yang akan diproses lebih lanjut tidak bisa tidak harus melalui akar dahulu. Jika akar ini sehat maka bisa dipastikan proses berikutnya akan berjalan normal. Namun sebaliknya sesubur apapun tanah yang didiami, manakala struktur utama yang bernama akar ini bermasalah, bisa dipastikan efeknya dapat berpengaruh pada proses selanjutnya dan kemungkinan terburuk adalah berakhirnya keberlangsungan hidup sebatang pohon, sekali lagi filosofi yang dapat kita petih hikmahnya adalah akar yang begitu penting dan menentukan bagi sebatang pohon, akan tetapi selalu tidak nampak, ia berada ditempat yang kebanyakan manusia tidak memperhatikannya. Padahal mulai dari akar ini akan terbentuk batang pohon yang kuat, dahan, ranting, serta dedaunan asri yang sejuk dipandang mata.

Dan yang paling dinanti tentu saja bunga yang indah dan buah-buahan yang segar lagi menyehatkan. Pernahkan kita memperhatikan aneka warna bunga yang merekah dan memancarkan keindahannya? Pernahkah kita perhatikan rumah kecil dengan sederetan pepohonan dan aneka bunga menghiasi halamannya? Kesan yang timbul tentu kesejukan serta kenyamanan, bukan kecil dan sempitnya rumah itu.

Sesungguhnya akarlah yang menjadikan sebatang pohon tegak dan hidup, akan tetapi ia tersembunyi didalam tanah, tidak terlihat oleh manusia. Ia rela semua mata manusia kagum dan menyukai bagian yang lainnya, entah batang kayunya yang kuat atau buahnya yang lezat. Akarlah yang bersusah payah merambat ke segala arah tak kenal kering serta tandusnya tanah di musim kemarau, mencari makanan demi tegak dan hidupnya sang pohon. Ia tidak pernah mengeluh lantara merasa capek berpuluh-puluh meter mengais saripati tanah, lantas kesal, komplain dan "mogok kerja". Apalagi minta "pensiun", jadi akar tidak akan pernah Pensiun. Biarlah akar terus tersembunyi di dalam tanah asalkan bisa memberikan manfaat yang terbaik bagi yang ada di permukaan tanah Itulah prinsip hidup akar.

Begitulah Allah swt mencontohkan keikhlasan sejati pada manusia melalui salah satu contoh ciptaan-Nya, akan tetapi sedikit sekali kita manusia yang mengambil fenomena alam ini sebagai pelajaran dalam mengayuh biduk di tengah samudra kehidupan. Sebagian dari kita lebih mengutamakan ketenaran, popularitas sehingga membangun amal yang diliputi hiruk pikuk publikasi, gaung kemasyhuran dan terjerumus riya, tidak lagi mengedepankan prinsip perjuangan dan pengorbanan yang tulus ikhlas.

Kapitalisme dan materialisme menjadi acuan kebanyakan dari kita dimana segala yang kita lakukan hanya untuk memberikan yang berbaik bagi dirinya sendiri, kelompok kita sendiri tanpa peduli dengan yang lain. Padahal Allah swt menghendaki manusia mengikuti karakter akar pohon keimanan, akarnya menghunjam ke dalam bumi, batangnya menjulang tinggi ke langit dan memberikan buah yang lezat bagi siapa saja. (QS. Ibrahim : 24-25). Sungguh mustahil tanpa akar yang menghujam kuat ke bumi akan menghasilkan buah yang berkualitas tinggi, karena badai dan topan akan mudah melumatkannya sebelum proses pembuahan terjadi.

Dalam kehidupan manusia memberi arti bahwa suatu amal yang berangkat dari niat yang tidak ikhlas mustahil akan memperoleh hasil baik dan memuaskan. Kalaupun membawa kesuksesan maka itu bersifat semu dan membawa kemudharatan lebih besar dari maslahatnya. Niat yang terkonatmimnasi dengan polusi hawa nafsu akan merusak amal, mengotori jiwa, melemahkan barisan dan menggagalkan pahala, akibatnya rihdo Allah swt yang kita tuju tidak juga kunjung datang. Namun Allah swt maha bijaksana agar ummat manusia bisa seperti akar pohon, maka ibadah puasa mengajarkan manusia menjadi "akar" kehidupan yang sejati. Jika ibadah seperti sholat, zakat, haji bisa dilihat karena memang tampak kasat mata, maka ibadah puasa adalah ibadah yang sulit diketahui oleh orang lain, HANYA ALLAH SWT DAN DIRINYA SENDIRI YANG TAHU. Jadi ibadah puasa merupakan latihan bagi kita agar kita menjadi akar bagi kehidupan ini, selamat menjalankan ibadah puasa, semoga kita berhasil menggapai kembali menjadi fitrah manusia disaat kumandang Takbir bergema di hari raya nan fitri…...

KHAIRIL ANWAR
Pengamat budaya dan penulis produktif dari Krakatau Engineering Co.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • Twitter
  • RSS

0 Response to "Belajar IKHLAS dari Akar Pohon"

Photobucket

kontak

Your Name
Your Email Address
Subject
Message
Image Verification
captchaPlease enter the text from the image: [ Refresh Image ] [ What's This? ]